JournalReview: Neo-Realism, Coopenhagen School and Critical Theory
Sumber : Keith Krause and Michael C. Williams.
1996. Broadening
the Agenda of Security Studies: Politics and Methods, Vol. 40, no. 2. hlm.
229-254.
Critical review ini
akan membahas tulisan Keith Krause dan Michael C. Williams (1996), yang berjudul Broadening the Agenda of Security Studies:
Politics and Methods mengenai serta perluasan agenda masa depan studi
keamanan Critical review ini bertujuan
membahas perdebatan sifat dan makna dari “keamanan” terkait pandangan Neorealis
dan para akademisi yang tertarik untuk memperluas cakupan studi keamanan dari National security menuju keamanan sosial.
Rangkuman
Para akademisi yang tertarik memperluas agenda studi keamanan
berpendapat bahwa pasca-Perang Dingin, national security
dianggap kurang penting lagi. Banyak kritikan pada kaum Neorealist mengenai
pandangannya mengenai studi keamanan yang dinilai tidak fleksibel untuk dunia
pasca-Perang Dingin ini. Neorealisme mengkonseptualisasi keamanan yang berpokok
pada Negara dan ancaman adalah berupa kekuatan militer serta asumsi anarki (dilema
keamanan).
Memang, masalah interpretasi menjadi
sangatlah penting terkait dalam validnya suatu ilmu. Ke-objektivitas-an ilmiah
merupakan bagian dari interpretasi ini. Cara menganalisis objektivitas ini
yaitu dengan pembentukan aliansi untuk mencapai kesepakatan bersama. Pandangan
Neorealis telah memenuhi hal tersebut diatas. konon pandangan
Neorealis mendalilkan ilmu karena memiliki objektivitas empiris di lapangan dan
tak terbantahkan serta secara implisit sebagai tolak ukur terhadap konsepsi
alternative keamanan. Suatu
objektivitas dan subjektivitas berhubungan dengan keyakinan, niat dan persepsi
dalam pembentukan aliansi, namun terjadi pengaburan objek studi mengenai
dinamika identitas yang nasionalisme merupakan pemeran utamanya dimana
merupakan keamanan social kemudian dinyatakan masuk kedalam teori Neorealis.
Kemudian
para ahli yang tergabung dalam Coopenhagen School kemudian berpendapat bahwa
studi keamanan perlu mengadopsi pemahaman tentang “dualitas” keamanan: bahwa ia
menggabungkan keamanan Negara yang berkaitan dengan kedaulatan, dan keamanan
social yang berkaitan dengan identitas (Waever et al. 1993:25). Setelah
pemahaman tentang dualitas ini muncul, Dinamika identitas kolektif sangat
ditekankan disini atau dapat dikatakan nasionalisme sebagai sarananya untuk
memperoleh legitimasi dari tatanan politik yang telah ada. Dengan munculnya
pendapat dari Coopenhagen school ini juga dapat dikatakan sebagai titik dari
mulai munculnya kritik-kritik lain dalam studi keamanan, seperti dilihat daribeberapa
pendekatan alternatif. Klaim dasar dari pendekatan kritis dan
kontruktivis adalah bahwa “keamanan” bukan merupakan kondisi objektif, bahwa
ancaman itu tidak hanya soal benar memahami konstelasi kekuatan material.
Pendekatan Alternatif dapat dinilai dengan cara mereka sendiri, dan isu-isu
yang diangkat oleh pandangan ini dapat diperiksa secara serius sebagai stimulus
untuk krisis refleksi di lapangan,
Perbandingan
dan Analisis
Pandangan
Neorealis terhadap studi keamanan masih bertahan hingga sekarang karena mampu
secara detail menjelaskan studi keamanan. Tidak ada yang dapat menggantikan
Negara sebagai sentralitas actor. Pandangan kaum ini dapat mendalilkan ilmu
karena mengedepankan objektivitas dan memiliki aliansi untuk memvalidasi teori
mereka serta secara otomatis dijadikan acuan dalam studi keamanan. Salah satu perluasan
agenda keamanan menyertakan contoh ancaman baru yang menunjukan bahwa perubahan
lingkunganlah yang sebenarnya merupakan salah satu ancaman bagi kesejahteraan
manusia. Namun, pernyataan ini dinyatakan gagal melihat bahwa pendapat ini
tidak didasarkan objektivitas di lapangan yang mengancam kehidupan manusia,
tetapi dilihat secara subjektivitas[1].
Namun, pandangan neorealis ini juga mengalami pengaburan objek karena
menempatkan identitas yang seharusnya merupakan bentuk keamanan social kedalam
kajiannya.
Oleh
sebab itu, muncullah pemahaman “dualitas” yang dikonstruksi oleh Coopenhagen
School bahwa makna keamanan harus dibagi menjadi dua, keamanan negara dan
keamanan social. Namun, pandangan ini masih menaruh negara terutama negara yang
berdaulat dan memegang system demokrasi sebagai actor.
Masuknya
dunia kontemporer pasca-perang dingin juga telah memberikan lahan subur bagi
analisis kritis. Sebagai bentuk, atau mungkin dimensi, teori internasional
kritis, studi keamanan kritis berarti sebuah reaksi terhadap keamanan
tradisional dan studi-studi strategis[2].
Studi keamanan kritik menggeser focus keamanan dari negara berdaulat ke
perikemanusian. Dalam beberapa hal, kajian ini menghidupkan kembali ide Kantian
perihal system keamanan politik bersama yang bersifat kosmpolitan ‘yang
menempatkan manusia lebih baik daripada negara sebagai subjek keamanan[3].
Menurut Scott Burchil dan Andrew Linklater dalam buku Theories of International Relation, definisi ini, keamanan tidak
terbatas hanya untuk negara-negara yang berdaulat – jelas ia sama tidak bisa
sama sekali ekslusif ataupun partikularistik, ia seharusnya disamaratakan
terhadap semua komunitas dan semua hubungan social kemasyarakatan. Ini berarti
bahwa keamanan tidak bisa dipahami menurut kacamata strategis tradisional yang dikatakan
Booth, berdasarkan pada ide keamanan sebagai ‘perintah kepentingan pribadi yang
etnosentris’.[4] ‘Dengan
mengelakan statisme wacana keamanan mainstream,
para pendukung studi keamanan kritis memahami bahwa, secara global, negara
berdaulat merupakan salah satu penyebab utama ketidakamanan : Negara lebih
merupakan bagian dari permasalahan ketimbang pemecah masalah’.[5]
Namun, “Ciri pembeda dari literature teori kritis … adalah kurangnya konten
empiris” (Measheimer 1995:92).
Kesimpulan
Perdebatan
yang terlihat dari tulisan Keith Krause dan Michael C.
Williams (1996), yang berjudul Broadening the Agenda of Security Studies:
Politics and Methods ini memiliki tiga
akar ketidakpuasan beberapa ahli diantaranya, mengenai pondasi neorealis di
lapangan, kebutuhan untuk menanggapi tantangan yang ditimbulkan oleh munculnya
tatanan keamanan Pasca-Perang Dingin, dan keinginan berlanjut untuk membuat
suatu disiplin yang relevan untuk kekhawatiran saat ini[6].
Critical review ini
tidak hanya menawarkan perdebatan teoritis dari argumentasi yang telah
dijelaskan sebelumnya mengenai perluasan agenda studi keamanan. Critical
review ini juga berusaha menjelaskan bagaimana pandangan Neorealis mengenai
studi keamanan yang sejauh ini dianggap paling objektif, dan pembahasan
mengenai pemahaman ‘dualitas’ dan konsep sekuritisasi yang dikemukakan oleh
para ahli ‘Coopehagen School’ sebagai perbaikan dari pandangan kaum
tradisional. Kemudian dalam jurnal ini juga terdapat sedikit respon dari
beberapa pendekatan alternative yang memandang keamanan bukanlah membicarakan
objektivitas semata.
Daftar
Pustaka
Burchill, Scott
dan Andrew Linklater. 1996. Theories of
International Relation. New York: ST Martin’s Press, INC.
Keith Krause,
Michael C. Williams. 1996. Broadening the
Agenda of Security Studies: Politics and Methods, Vol. 40, no. 2. Mershon
International Studies Review
Waever,Ole, Barry
buzan, Morton kelstrup, And Pierre lemaitre. 1993. Identity, Migration and The New security agenda in Europe. London:
Pinter.
Mearsheimer,John.
1995. A Realist Reply. International security
20: 82-93.
Booth, K. 1991a.
‘Security
In Anarchy: Utopian Realism In Theory And Practice’, International Affairs,
Vol. 67, No. 3.
Jones, R.Wyn. 1995. “Message
In A Bottle”? Theory And Praxis In Critical Security Studies, Contemporary
Security, Vol. 16, No. 3.
[1]
Keith Krause and Michael C. Williams.. Broadening the Agenda of Security Studies:
Politics and Methods (Wiley: 1996), Vol. 40, no. 2. hlm. 234
[2]
Scott B. and Andrew Linkater, Theories of International Relation, (New York: ST
Martin’s Press, 1996), hlm. 225
[4]
K.Booth, ‘Security in Anarchy: Utopian Realism in Theory and Practice’,
International Affairs, vol. 67, no. 3, 1991a, hlm.537
[5]
R.Wyn Jones, “Message in a Bottle”? Theory and Praxis in Critical Security
Studies’, Contemporary Security, vol. 16, no. 3, 1995, hlm. 309.
0 Comment