JournalResume: The Study of Regional : Reflection on the joy and Anguish of Pretheorizing Ernst B. Haas

by - April 26, 2020


The Study of Regional : Reflection on the joy and Anguish of Pretheorizing
Ernst B. Haas
International Organization, Vol. 24, No. 4, Regional Integration: Theory and Research (Autumn, 1970), pp. 607-646
University of Wisconsin Press

Pengantar
            Sebagai Mahasiswa dari jurusan Hubungan Internasional, sangat wajib bagi kita mempelajari studi integrasi kawasan. Tentunya kita pun harus mengetahui bagaimana awal mula perkembangan studi integrasi kawasan hingga menjadi tren saat ini. Hal itu tidak terlepas dari teori-teori yang mengiringi keberadaan studi ini.

Garis Besar Jurnal   
            Menurut Ernst B. Haas, menulis integrasi sebagai proses dengan mana aktor-aktor polik di beberapa wilayah nasional yang berbeda terdorong untuk memindahkan kesetiaan, harapan dan kegiatan politik, mereka ke suatu pusat baru yang lembaga-lembaganya memiliki atau menuntut jurisdiksi atas negara-negara nasional yang ada sebelumnya.
            Dalam studi integrasi kawasan ini, dahulu belum dikaji secara menyeluruh yang mengakibatkan tidak berkembangnya studi ini. Kemudian setelah 15 tahun ketidakberkembangan studi ini, muncul pertanyaan atau dugaan-dugaan sementara (hipotesis) mengenai studi ini berdasarkan pengamatan terhadap kenyataan tertentu dan secara spesifik yang disebut generalisasi empiris.
            Ada sebuah generalis empiris dibawah variabel utama yang mengasumsi beberapa teori yang membahas studi integrasi kawasan. Dengan adanya generalisasi empiris ini, para ilmuwan mulai dapat  meringkas studi integrasi kawasan. Beranjak dari itu, sejumlah info mengenai studi integrasi kawasan banyak ditemukan seperti common market, anggota keparlemenan, perdagangan, kepentingan peran para elit dan lain-lain.
            Generalisasi empiris merupakan suatu kemajuan besar setelah 15 tahun. Generalisasi empiris ruang lingkupnya di bagi menjadi beberapa, diantaranya global, pengelompokan para negara sosialis, negara yang memiliki keberagaman industri maju, negara-negara yang terbelakang (terlambat berkembang), dan dunia luar (negara-negara lain yang tidak disebutkan).
            Generalisasi empiris dalam ruang lingkup global, berbicara tentang perbedaan dalam ukuran anggota dari suatu kawasan dapat meningkatkan integrasi kelompok diplomatik ketika satu tujuan dianggap sebagai kontrol dari "zona inti" oleh mitra lebih kecil. Generalisasi empiris juga menjelaskan bahwa anggota kelompok dalam suatu kawasan menjadi semakin bergantung. Proliferasi saluran organisasi di suatu wilayah (baik pemerintah maupun swasta) merangsang saling-ketergantungan antar anggota sebagai resolusi konflik. Saling ketergantungan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu saling ketergantungan positif dan saling ketergantungan negatif.
·         Saling ketergantungan positif, jika mereka merasa mendapat manfaat yang sama dengan mitra mereka di beberapa bagian masalah meskipun tidak harus dalam semua atau semua secara bersamaan
·         Saling ketergantungan negatif, jika mereka merasa mitra regional mereka meraih untung lebih dari mereka. Di prediksi common market dan free trade kawasan tersebut akan kurang berkembang.
Mereka membuat generalisasi empiris ini dari kesimpulan fakta dilapangan sebelum mengadakan pengamatan lalu disusun dengan variabel kemudian dipasangankan dengan hipotesis yang ada. Meskipun kekayaan generalisasi empiris yang ditemukan telah banyak dimunculkan, namun dalam masalah konseptual masih belum pasti dan belum terselesaikan. Asumsi-asumsi kuat yang didapat pun tidak dapat dibuat jelas tanpa melihat teori-teori yang menginspirasi mereka.
Kemudian dari generalisasi empiris tersebut memunculkan Pendekatan yang berkonsentrasi pada perdamaian yang yang bersifat skeptis pada nation-state, yang mengiringi studi integrasi kawasan dan menolak adanya batas teritorial negara.
Pertama, Federalisme, suatu pendekatan yang menitikberatkan pada pentingnya kelembagaan – dalam hal ini pemerintah – untuk memperhitungkan kebutuhan rakyat dan bangsa kemudian kebutuhan ini pun akan menghasilkan suatu rezim federal dan kemudian mengintegrasinya kedalam satu identitas. Federalisme, singkatnya, berusaha secara bersamaan untuk memenuhi kebutuhan akan tindakan pemerintah yang lebih efektif dalam beberapa domain (melalui sentralisasi) dan dalil demokratis kontrol lokal dan otonomi daerah (melalui desentralisasi).
Pendekatan komunikasi, menyarankanteori itu tidak menegaskan atau membuktikan bahwa pola komunikasi yang intensif antara unit nasional mungkin akan menjawab “komunitas” dengan lebih dekat antara unit-unit, jika beban dan kemampuan tetap seimbang. Terkait dengan saran ini, terdapat beberapa patokan tambahan tentang kepercayaan, pertemanan, komplementaritas, dan pergantian. Dalam pendekatan ini, banyak hal abstrak yang dapat ikut menentukan keharmonisan suatu integrasi kawasan.pandangan ini tidak lepas dari pendekatan sitemik yang menyatakan bahwa transaksi merupakan tolak ukur kualitas manusia. Secara garis besar berbicara mengenai perdagangan yang merupakan sarana yang signifikan.
            Pendekatan Neo-fungsionalisme adalah yang selanjutnya. Dengan pendekatan ini, para kaum neo-fungsialis memanfaatkan pengalaman integrasi yang dirintis Eropa untuk menciptakan pengujian di sektor lain. Nasionalisme dan nation-states semakin tidak penting. Neo-fungsionalisme menekankan motif instrumental aktor, mengambil kepentingan pribadi untuk diberikan dan untuk menggambarkan persepsi aktor.
            Dari masa pra-teori ini, pendekatan komunikasi dan pendekatan neo-fungsional maju menjadi yang terdepan. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan waktu yang panjang agar sebuah kerangka konseptual dapat terbentuk dan menjadi dasar dari studi integrasi kawasan ini.

Kesimpulan
            Berdasarkan jurnal The Study of Regional : Reflection on the joy and Anguish of Pretheorizing, dapat disimpulkan bahwa pendekatan-pendekatan mengenai studi integrasi kawasan diawali dengan ditemukannya generalisasi empiris yang dikembangkan dari hipotesis-hipotesis yang ada. Generalisasi empiris ini terbagi menjadi beberapa ruang lingkup diantaranya global, pengelompokan para negara sosialis, negara yang memiliki keberagaman industri maju, negara-negara yang terbelakang (terlambat berkembang), dan dunia luar (negara-negara lain yang tidak disebutkan).
            Generalisasi Empiris merupakan titik awal perkembangan dari tiga pendekatan yang disebut oleh Ernst B. Haas sebagai masa pra-teori. Tiga pendekatan tersebut adalah pendekatan federalis, pendekatan komunikasi dan pendekatan neo-fungsionalis. Pendekatan tersebut tidak luput dari kekurangan. Ernst B. Haas mengungkapkan terdapat tumpang tindih antara pendekatan komunikasi –yang menjunjung tinggi mengenai transaksi regional dengan sarana komunikasi verbal menentukan kualitas seseorang– dengan pendekatan neo-fungsionalis –yang menjunjung tinggi dengan keberadaan aktor atau pelaku yang akan menjadi suprastruktur dlm menentukan keputusan regional–. Transaksi regional, keuntungan atau kerugian terkait dengan aktor; komunikasi verbal dan simbolik antara elit –aktor– adalah hal yang penting. Kedua pendekatan ini sebenarnya saling melengkapi, tapi mereka berbeda dalam cara di mana mereka memperlakukan beban-beban komunikasi. Aktor yg menonjol lebih memilih untuk mengamati gaya tawar dan strategi sebagai data dasar mereka bukan untuk menekankan volume dan tingkat transaksi atau pasang surut dan aliran opini publik. Kekuatan teori komunikasi adalah umum, karakter lainnya yaitu sistemik. Kekuatan teori neo-fungsional adalah pendekatan dengan aktor. Tapi kekuatan individu mungkin berubah menjadi kelemahan kolektif ketika proposisi sang aktor lebih tinggi dari aktor. Dan benar, hanya pendekatan federal telah dipalsukan dalam arti bahwa tidak ada pernyataan dan prediksi telah terbukti benarnya dari pendekatan itu. Neo-fungsional dan teori komunikasi telah menunjukkan kehebatan prediksi positif di luar Eropa Barat. Mereka lebih baik dalam memprediksi kegagalan. Terlebih lagi, mereka tidak dapat dengan mudah dibandingkan atau ditambahkan karena mereka mengatasi berbagai tingkat abstraksi. Pendekatan komunikasi dan neo-fungsialis mengabaikan keamanan high politik dan lebih mengutamakan kesejahteraan berbeda dengan pendekatan federalis.
            Setelah mengetahui tiga pendekatan tersebut, dan dua pendekatan selain pendekatan federalis muncul sebagai pemenang. Kemudian ditunjukan bagaimana perjalanan dari pendekatan-pendekatan ini dimulai dari variabel independent yang kemudian dipertimbangkan menjadi variabel-variabel dependen dilanjutkan dengan penyesuaian disana-sini yang akhirnya menuju sebuah teori atau konsep yang kemudian menjadi acuan dasar untuk studi ini. Telah memungkinkan kita untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan bahwa teori harus dijawab, dan itu juga telah memberi kita beberapa konsep untuk menyempurnakan pertanyaan.
            Studi integrasi kawasan pun dinilai akan lebih ampuh menciptakan dan memelihara perdamaian juga sebagai resolusi konflik serta mungkin akan mengeser peran dari perserikatan bangsa-bangsa.



*tulisan ini diberikan di HI Unpas sebagai pembuatan tugas Resume untuk mata kuliah “Integrasi Asia Tenggara”. Bandung, 23 Maret 2016.

You May Also Like

0 Comment

Popular Posts