JournalResume: The Study of Regional : Reflection on the joy and Anguish of Pretheorizing Ernst B. Haas
The
Study of Regional : Reflection on the joy and Anguish of Pretheorizing
Ernst
B. Haas
International
Organization, Vol. 24, No. 4, Regional Integration: Theory and Research
(Autumn, 1970), pp. 607-646
University
of Wisconsin Press
Pengantar
Sebagai
Mahasiswa dari jurusan Hubungan Internasional, sangat wajib bagi kita
mempelajari studi integrasi kawasan. Tentunya kita pun harus mengetahui
bagaimana awal mula perkembangan studi integrasi kawasan hingga menjadi tren
saat ini. Hal itu tidak terlepas dari teori-teori yang mengiringi keberadaan
studi ini.
Garis
Besar Jurnal
Menurut
Ernst B. Haas, menulis integrasi sebagai proses dengan mana aktor-aktor polik
di beberapa wilayah nasional yang berbeda terdorong untuk memindahkan kesetiaan,
harapan dan kegiatan politik, mereka ke suatu pusat baru yang
lembaga-lembaganya memiliki atau menuntut jurisdiksi atas negara-negara
nasional yang ada sebelumnya.
Dalam
studi integrasi kawasan ini, dahulu belum dikaji secara menyeluruh yang
mengakibatkan tidak berkembangnya studi ini. Kemudian setelah 15 tahun
ketidakberkembangan studi ini, muncul pertanyaan atau dugaan-dugaan sementara
(hipotesis) mengenai studi ini berdasarkan pengamatan terhadap kenyataan
tertentu dan secara spesifik yang disebut generalisasi empiris.
Ada
sebuah generalis empiris dibawah variabel utama yang mengasumsi beberapa teori
yang membahas studi integrasi kawasan. Dengan adanya generalisasi empiris ini,
para ilmuwan mulai dapat meringkas studi
integrasi kawasan. Beranjak dari itu, sejumlah info mengenai studi integrasi
kawasan banyak ditemukan seperti common market, anggota keparlemenan,
perdagangan, kepentingan peran para elit dan lain-lain.
Generalisasi
empiris merupakan suatu kemajuan besar setelah 15 tahun. Generalisasi empiris
ruang lingkupnya di bagi menjadi beberapa, diantaranya global, pengelompokan
para negara sosialis, negara yang memiliki keberagaman industri maju, negara-negara
yang terbelakang (terlambat berkembang), dan dunia luar (negara-negara lain
yang tidak disebutkan).
Generalisasi
empiris dalam ruang lingkup global, berbicara tentang perbedaan dalam ukuran
anggota dari suatu kawasan dapat meningkatkan integrasi kelompok diplomatik
ketika satu tujuan dianggap sebagai kontrol dari "zona inti" oleh
mitra lebih kecil. Generalisasi empiris juga menjelaskan bahwa anggota kelompok
dalam suatu kawasan menjadi semakin bergantung. Proliferasi saluran organisasi
di suatu wilayah (baik pemerintah maupun swasta) merangsang
saling-ketergantungan antar anggota sebagai resolusi konflik. Saling
ketergantungan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu saling ketergantungan positif
dan saling ketergantungan negatif.
·
Saling ketergantungan
positif, jika mereka merasa mendapat manfaat yang sama dengan mitra mereka di
beberapa bagian masalah meskipun tidak harus dalam semua atau semua secara
bersamaan
·
Saling ketergantungan
negatif, jika mereka merasa mitra regional mereka meraih untung lebih dari
mereka. Di prediksi common market dan
free trade kawasan tersebut akan
kurang berkembang.
Mereka membuat
generalisasi empiris ini dari kesimpulan fakta dilapangan sebelum mengadakan
pengamatan lalu disusun dengan variabel kemudian dipasangankan dengan hipotesis
yang ada. Meskipun kekayaan generalisasi empiris yang ditemukan telah banyak dimunculkan,
namun dalam masalah konseptual masih belum pasti dan belum terselesaikan. Asumsi-asumsi
kuat yang didapat pun tidak dapat dibuat jelas tanpa melihat teori-teori yang
menginspirasi mereka.
Kemudian dari
generalisasi empiris tersebut memunculkan Pendekatan yang berkonsentrasi pada
perdamaian yang yang bersifat skeptis pada nation-state, yang mengiringi studi
integrasi kawasan dan menolak adanya batas teritorial negara.
Pertama,
Federalisme, suatu pendekatan yang menitikberatkan pada pentingnya kelembagaan
– dalam hal ini pemerintah – untuk memperhitungkan kebutuhan rakyat dan bangsa
kemudian kebutuhan ini pun akan menghasilkan suatu rezim federal dan kemudian
mengintegrasinya kedalam satu identitas. Federalisme, singkatnya, berusaha secara bersamaan untuk memenuhi kebutuhan
akan tindakan pemerintah yang lebih efektif dalam beberapa domain (melalui
sentralisasi) dan dalil demokratis kontrol lokal dan otonomi daerah (melalui
desentralisasi).
Pendekatan komunikasi, menyarankan – teori itu tidak menegaskan atau membuktikan
– bahwa pola komunikasi yang
intensif antara unit nasional mungkin akan menjawab “komunitas” dengan lebih
dekat antara unit-unit, jika beban dan kemampuan tetap seimbang. Terkait dengan saran ini, terdapat beberapa patokan
tambahan tentang kepercayaan, pertemanan, komplementaritas, dan pergantian.
Dalam pendekatan ini, banyak hal abstrak yang dapat ikut menentukan
keharmonisan suatu integrasi kawasan.pandangan ini tidak lepas dari pendekatan
sitemik yang menyatakan bahwa transaksi merupakan tolak ukur kualitas manusia.
Secara garis besar berbicara mengenai perdagangan yang merupakan sarana yang
signifikan.
Pendekatan
Neo-fungsionalisme adalah yang selanjutnya. Dengan pendekatan ini, para kaum
neo-fungsialis memanfaatkan pengalaman integrasi yang dirintis Eropa untuk
menciptakan pengujian di sektor lain. Nasionalisme dan nation-states semakin
tidak penting. Neo-fungsionalisme menekankan motif instrumental aktor,
mengambil kepentingan pribadi untuk diberikan dan untuk menggambarkan persepsi
aktor.
Dari
masa pra-teori ini, pendekatan komunikasi dan pendekatan neo-fungsional maju
menjadi yang terdepan. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan waktu yang
panjang agar sebuah kerangka konseptual dapat terbentuk dan menjadi dasar dari
studi integrasi kawasan ini.
Kesimpulan
Berdasarkan
jurnal The Study of Regional : Reflection
on the joy and Anguish of Pretheorizing, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan-pendekatan mengenai studi integrasi kawasan diawali dengan
ditemukannya generalisasi empiris yang dikembangkan dari hipotesis-hipotesis
yang ada. Generalisasi empiris ini terbagi menjadi beberapa ruang lingkup
diantaranya global, pengelompokan para negara sosialis, negara yang memiliki
keberagaman industri maju, negara-negara yang terbelakang (terlambat berkembang),
dan dunia luar (negara-negara lain yang tidak disebutkan).
Generalisasi
Empiris merupakan titik awal perkembangan dari tiga pendekatan yang disebut
oleh Ernst B. Haas sebagai masa pra-teori. Tiga pendekatan tersebut adalah
pendekatan federalis, pendekatan komunikasi dan pendekatan neo-fungsionalis.
Pendekatan tersebut tidak luput dari kekurangan. Ernst B. Haas mengungkapkan
terdapat tumpang tindih antara pendekatan komunikasi –yang menjunjung tinggi
mengenai transaksi regional dengan sarana komunikasi verbal menentukan kualitas
seseorang– dengan pendekatan neo-fungsionalis –yang menjunjung tinggi dengan
keberadaan aktor atau pelaku yang akan menjadi suprastruktur dlm menentukan
keputusan regional–. Transaksi regional, keuntungan atau kerugian terkait
dengan aktor; komunikasi verbal dan simbolik antara elit –aktor– adalah hal
yang penting. Kedua pendekatan ini sebenarnya saling melengkapi, tapi mereka
berbeda dalam cara di mana mereka memperlakukan beban-beban komunikasi. Aktor
yg menonjol lebih memilih untuk mengamati gaya tawar dan strategi sebagai data
dasar mereka bukan untuk menekankan volume dan tingkat transaksi atau pasang
surut dan aliran opini publik. Kekuatan teori komunikasi adalah umum, karakter
lainnya yaitu sistemik. Kekuatan teori neo-fungsional adalah pendekatan dengan
aktor. Tapi kekuatan individu mungkin berubah menjadi kelemahan kolektif ketika
proposisi sang aktor lebih tinggi dari aktor. Dan benar, hanya pendekatan
federal telah dipalsukan dalam arti bahwa tidak ada pernyataan dan prediksi
telah terbukti benarnya dari pendekatan itu. Neo-fungsional dan teori
komunikasi telah menunjukkan kehebatan prediksi positif di luar Eropa Barat.
Mereka lebih baik dalam memprediksi kegagalan. Terlebih lagi, mereka tidak
dapat dengan mudah dibandingkan atau ditambahkan karena mereka mengatasi
berbagai tingkat abstraksi. Pendekatan komunikasi dan neo-fungsialis
mengabaikan keamanan high politik dan lebih mengutamakan kesejahteraan berbeda
dengan pendekatan federalis.
Setelah
mengetahui tiga pendekatan tersebut, dan dua pendekatan selain pendekatan
federalis muncul sebagai pemenang. Kemudian ditunjukan bagaimana perjalanan
dari pendekatan-pendekatan ini dimulai dari variabel independent yang kemudian
dipertimbangkan menjadi variabel-variabel dependen dilanjutkan dengan
penyesuaian disana-sini yang akhirnya menuju sebuah teori atau konsep yang
kemudian menjadi acuan dasar untuk studi ini. Telah
memungkinkan kita untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan bahwa teori harus
dijawab, dan itu juga telah memberi kita beberapa konsep untuk menyempurnakan
pertanyaan.
Studi
integrasi kawasan pun dinilai akan lebih ampuh menciptakan dan memelihara
perdamaian juga sebagai resolusi konflik serta mungkin akan mengeser peran dari
perserikatan bangsa-bangsa.
*tulisan ini diberikan di HI Unpas sebagai pembuatan tugas Resume untuk mata kuliah “Integrasi Asia
Tenggara”. Bandung, 23 Maret 2016.
0 Comment