JournalReview: Shaun Breslin (2005) 'Power and production: Rethinking China’s global economic role' hlm 735-753

by - April 26, 2020


Sumber           : Shaun Breslin. 2005. Power and production: Rethinking China’s global economic role, British International Studies Association, No. 31. hlm. 735-753.
Review ini akan membahas tulisan Shaun Breslin (2005), yang berjudul  Power and production: Rethinking China’s global economic role mengenai perkembangan China yang signifikan bagi perekonomian global.

Rangkuman
Interpretasi mengenai China memang harus dilihat dari beberapa fokus, seperti melihat China dari dalam keluar yang mengutamakan hubungan internasional dan nasionalisme untuk digunakan sebagai alat legitimasi dalam negeri dan kontrol social, sejauh mana pertimbangan politik dalam negeri membatasi tindakan kepemimpinan China di arena internasional. Dan mereka yang melihat China dari luar ke dalam yang melihat pertumbuhan ekonomi Cina telah memiliki dampak yang mendalam pada struktur ekonomi politik regional bahkan global. China sangat memainkan peran dalam perekonomian di negara lain contohnya di pasar domestic AS.
“For many years the theatre of the vote over whether to extend Most Favoured Nation.”[1]
Dengan status MFN China dari Amerika Serikat, membuka jalan masuknya China ke WTO. WTO membuat China membuka pasar domestiknya yang tadinya tertutup dan terlindungi dengan banyaknya perusahaan asing yang masuk ke pasar China. Namun, WTO harus berhati-hati karena menurut Charles Freeman, Asisten Deputi perwakilan perdagangan AS, beberapa Kementerian China tampaknya menghabiskan banyak energi menghindari kewajiban China di WTO dan intervensi pejabat pemerintah Cina di pasar sebagian besar tidak di periksa oleh WTO. Oleh sebab itu, mempertahankan status MFN sangatlah penting untuk membangun visi China.
Pada akhir tahun 2003, mata uang Cina telah US $ 403.3 senilai dengan cadangan mata uang asing dan itu berarti dapat efektif membantu mendanai utang AS. Dengan demikian, ada sebuah ketakutan bahwa otoritas China yang semakin meningkat membuat nasib ekonomi AS berada di tangan China. Logika ekonomi menunjukkan bahwa ini akan menyebabkan kenaikan suku bunga AS dan membuat perencanaan ekonomi AS ke arah kekacauan.


Dorongan Eksternal Pertumbuhan Ekonomi China
Ekspor dan impor China membentuk siklus yang saling berkesinambungan, dilihat dari ekspor China yang berdampak pada pekerjaan dan pertumbuhan di negara lain karena pertumbuhan ekspor China ternyata tidak hanya tergantung pada permintaan eksternal, tetapi juga sebagian besar tergantung pada pasokan eksternal yaitu komponen impor dari negara lain dan sebaliknya nilai perhitungan impor selama lebih dari 85% dari nilai asing didanai juga oleh proses ekspor. Charles Wolf menghitung bahwa ‘dua-pertiga (dari semua investasi telah) datang dari “luar negeri” China, terutama di Taiwan, Hong Kong, dan Asia Tenggara’.[2]
Hal ini bukan upaya nasional karena jumlah FDI yang telah membanjiri China bukanlah sebagai tanda kekuatan Cina, melainkan tanda kelemahan mencerminkan ketidakmampuan ekonomi domestik untuk menjatah dan mendistribusikan keuangan secara rasional.[3], tetapi upaya regional yang mengakui realitas jaringan produksi transnasional pasca-Fordist.[4]
Dalam hal ini, contoh dari adanya dorongan eksternal dalam pertumbuhan perekonomian China adalah industry OEM[5]. Misalnya, Hampir tiga perempat dari produk yang berkaitan dengan komputer China diproduksi oleh perusahaan Taiwan, yang sendiri bergantung pada kontrak OEM dengan perusahaan Jepang dan Amerika Serikat.[6]
Investasi Tidak Langsung
Investasi ke China sering terjadi melalui kantor cabang di Hong Kong atau Taiwan yang dilakukan oleh actor non-negara yang berbentuk perusahaan bertindak sebagai perantara antara China dan perekonomian global. Hal ini menjadikan kekuatan ekonomi terletak di tangan aktor-aktor non-negara dalam jaringan produksi transnasional deteritorial yang memiliki kekuatan untuk memutuskan.
Meskipun kekuatan yang sesungguhnya adalah di tangan aktor-aktor non-negara, ini tidak berarti bahwa negara tidak relevan. Pemerintah China di tingkat nasional dan lokal contohnya telah menyediakan berbagai insentif keuangan lainnya untuk menarik investasi asing untuk menghasilkan ekspor, baik dalam persaingan dengan negara-negara berkembang lainnya dan dengan bagian lain dari China. Underhill berpendapat, kita tidak harus memahami pasar dan otoritas politik sebagai bersaing dan atau kekuatan yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari ‘setelan pemerintahan yang terintegrasi’.[7]
Menemukan bagian dari perekonomian Cina sebagai tempat manufaktur dengan biaya produksi yang rendah dalam rantai produksi global mungkin semacam hal yang aneh, Tapi itu adalah strategi negara China yang telah memiliki dampak yang cukup besar yang dilakukan dengan salah satu caranya yaitu devaluasi.           
Kesimpulan
Ketergantungan pada ekonomi global kapitalis adalah yang terbaik atau setidaknya cara tercepat mempromosikan pertumbuhan ekonomi. China membuka pasar domestiknya dan bersaing dengan negara-negara berorientasi ekspor lainnya dengan strategi uniknya untuk investasi asing, dan bersaing dengan negara-negara yang sama untuk akses ke pasar yang menguntungkan di AS, Jepang dan Uni Eropa.
Keputusan yang dibuat oleh elit politik Cina tentang cara di mana China kembali terlibat dengan ekonomi global telah menyebabkan rekonfigurasi perekonomian global. China tidak lagi menarik dalam mempromosikan ambisi regional melalui cara-cara militer, melainkan 'Penekanannya adalah memperluas pengaruh mereka melalui ekonomi'. Dan akhirnya ekonomi China pun berdampak luas baik kawasan Asia timur, asia tenggara, bahkan di seluruh dunia.
Tanggapan
Keunikan pemikiran strategi China tergolong berhasil untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian negaranya meskipun belum sepenuhnya meningkatkan industri domestiknya. Meskipun banyak actor non-negara yang terlibat dalam menjalankan perekonomian China demi terwujudnya China menjadi calon negara adidaya, pemerintah baik nasional maupun local juga tidak lepas tangan begitu saja. Mereka turut memantau dan mengiringi jalannya perekonomian. Hal-hal positif yang dilakukan China tersebut dapat dijadikan contoh oleh negara-negara berkembag untuk suskses di pasar internasional.


[1] Permanent Normal Trade Relation (PNTR) atau disebut juga MFN adalah sebutan hukum di AS untuk perdgangan bebas dengan Negara asing. Dalam perdagangan internasional, status ini diberikan oleh suatu negara ke negara lain.
[2] Charles Wolf, Straddling Economics and Politics: Cross-Cutting Issues in Asia, the United States, and the Global Economy (Santa Monica, CA: Rand Corporation, 2002), p. 134.
[3] Yasheng Huang, Selling China: Foreign Direct Investment During the Reform Era (Cambridge: Cambridge University Press, 2002).
[4] Sistem dominan dalam produksi ekonomi, konsumsi dan fenomena sosio-eknomi terkait di sebagian besar negara industry sejak akhir abad ke-20.
[5] OEM Istilah ini pertama kali digunakan untuk merujuk kepada perusahaan yang menempatkan nama merek mereka sendiri pada komponen yang diproduksi oleh perusahaan lain di bawah perjanjian khusus dengan produsen asli
[6] Sasuga, Microregionalism and Governance in East Asia.
[7] Geoffrey Underhill, ‘Conceptualising the Changing Global Order’, in Richard Stubbs and Geoffrey Underhill, Political Economy and the Changing Global Order (Oxford: Oxford University Press, 2000), p. 4.

You May Also Like

0 Comment

Popular Posts