JournalReview: Shaun Breslin (2005) 'Power and production: Rethinking China’s global economic role' hlm 735-753
Sumber : Shaun Breslin. 2005. Power and production: Rethinking China’s
global economic role, British
International Studies Association, No. 31. hlm. 735-753.
Review ini
akan membahas tulisan Shaun Breslin (2005), yang berjudul Power
and production: Rethinking China’s global economic role mengenai
perkembangan China yang signifikan bagi perekonomian global.
Rangkuman
Interpretasi mengenai China memang harus dilihat dari
beberapa fokus, seperti melihat China dari dalam keluar yang mengutamakan hubungan internasional dan nasionalisme untuk
digunakan sebagai alat legitimasi dalam negeri dan
kontrol social, sejauh mana pertimbangan politik dalam negeri membatasi tindakan
kepemimpinan China di arena internasional. Dan mereka yang melihat China dari luar ke dalam yang melihat pertumbuhan ekonomi Cina telah memiliki dampak yang
mendalam pada struktur ekonomi politik regional
bahkan global. China sangat memainkan peran dalam perekonomian di negara lain
contohnya di pasar domestic AS.
“For many years the theatre of the vote over whether
to extend Most Favoured Nation.”[1]
Dengan status MFN China
dari Amerika Serikat, membuka jalan masuknya China ke WTO. WTO membuat China
membuka pasar domestiknya yang tadinya tertutup dan terlindungi dengan
banyaknya perusahaan asing yang masuk ke pasar China. Namun, WTO harus
berhati-hati karena menurut Charles Freeman, Asisten Deputi perwakilan
perdagangan AS, beberapa Kementerian China tampaknya menghabiskan banyak energi
menghindari kewajiban China di WTO dan intervensi pejabat pemerintah Cina di
pasar sebagian besar tidak di periksa oleh WTO. Oleh sebab itu, mempertahankan
status MFN sangatlah penting untuk membangun visi China.
Pada akhir tahun
2003, mata uang Cina telah US $ 403.3 senilai dengan cadangan mata uang asing
dan itu berarti dapat efektif membantu mendanai utang AS. Dengan demikian, ada
sebuah ketakutan bahwa otoritas China yang semakin meningkat membuat nasib ekonomi
AS berada di tangan China. Logika ekonomi menunjukkan bahwa ini akan
menyebabkan kenaikan suku bunga AS dan membuat perencanaan ekonomi AS ke arah kekacauan.
Dorongan Eksternal
Pertumbuhan Ekonomi China
Ekspor dan impor
China membentuk siklus yang saling berkesinambungan, dilihat dari ekspor China
yang berdampak pada pekerjaan dan pertumbuhan di negara lain karena pertumbuhan
ekspor China ternyata tidak hanya tergantung pada permintaan eksternal, tetapi
juga sebagian besar tergantung pada pasokan eksternal yaitu komponen impor dari
negara lain dan sebaliknya nilai perhitungan impor selama lebih dari 85% dari
nilai asing didanai juga oleh proses ekspor. Charles Wolf menghitung bahwa
‘dua-pertiga (dari semua investasi telah) datang dari “luar negeri” China,
terutama di Taiwan, Hong Kong, dan Asia Tenggara’.[2]
Hal ini bukan
upaya nasional karena jumlah FDI yang telah membanjiri China bukanlah sebagai
tanda kekuatan Cina, melainkan tanda kelemahan mencerminkan ketidakmampuan
ekonomi domestik untuk menjatah dan mendistribusikan keuangan secara rasional.[3],
tetapi upaya regional yang mengakui realitas jaringan produksi transnasional
pasca-Fordist.[4]
Dalam hal ini, contoh dari adanya dorongan eksternal
dalam pertumbuhan perekonomian China adalah industry OEM[5].
Misalnya, Hampir tiga perempat dari produk yang berkaitan dengan komputer China
diproduksi oleh perusahaan Taiwan, yang sendiri bergantung pada kontrak OEM
dengan perusahaan Jepang dan Amerika Serikat.[6]
Investasi Tidak Langsung
Investasi ke China
sering terjadi melalui kantor cabang di Hong Kong atau Taiwan yang dilakukan
oleh actor non-negara yang berbentuk perusahaan bertindak sebagai perantara
antara China dan perekonomian global. Hal ini menjadikan kekuatan ekonomi
terletak di tangan aktor-aktor non-negara dalam jaringan produksi transnasional
deteritorial yang memiliki kekuatan untuk memutuskan.
Meskipun kekuatan
yang sesungguhnya adalah di tangan aktor-aktor non-negara, ini tidak berarti
bahwa negara tidak relevan. Pemerintah China di tingkat nasional dan lokal contohnya
telah menyediakan berbagai insentif keuangan lainnya untuk menarik investasi
asing untuk menghasilkan ekspor, baik dalam persaingan dengan negara-negara
berkembang lainnya dan dengan bagian lain dari China. Underhill berpendapat,
kita tidak harus memahami pasar dan otoritas politik sebagai bersaing dan atau
kekuatan yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari ‘setelan pemerintahan
yang terintegrasi’.[7]
Menemukan
bagian dari perekonomian Cina sebagai tempat manufaktur dengan biaya produksi
yang rendah dalam rantai produksi global mungkin semacam hal yang aneh, Tapi
itu adalah strategi negara China yang telah memiliki dampak yang cukup besar yang
dilakukan dengan salah satu caranya yaitu devaluasi.
Kesimpulan
Ketergantungan
pada ekonomi global kapitalis adalah yang terbaik atau setidaknya cara tercepat
mempromosikan pertumbuhan ekonomi. China membuka pasar domestiknya dan bersaing
dengan negara-negara berorientasi ekspor lainnya dengan strategi uniknya untuk
investasi asing, dan bersaing dengan negara-negara yang sama untuk akses ke
pasar yang menguntungkan di AS, Jepang dan Uni Eropa.
Keputusan yang
dibuat oleh elit politik Cina tentang cara di mana China kembali terlibat
dengan ekonomi global telah menyebabkan rekonfigurasi perekonomian global. China
tidak lagi menarik dalam mempromosikan ambisi regional melalui cara-cara
militer, melainkan 'Penekanannya adalah memperluas pengaruh mereka melalui
ekonomi'. Dan akhirnya ekonomi China pun berdampak luas baik kawasan Asia
timur, asia tenggara, bahkan di seluruh dunia.
Tanggapan
Keunikan pemikiran strategi China tergolong berhasil
untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian negaranya meskipun belum sepenuhnya
meningkatkan industri domestiknya. Meskipun banyak actor non-negara yang
terlibat dalam menjalankan perekonomian China demi terwujudnya China menjadi
calon negara adidaya, pemerintah baik nasional maupun local juga tidak lepas
tangan begitu saja. Mereka turut memantau dan mengiringi jalannya perekonomian.
Hal-hal positif yang dilakukan China tersebut dapat dijadikan contoh oleh
negara-negara berkembag untuk suskses di pasar internasional.
[1]
Permanent Normal Trade Relation (PNTR) atau disebut juga MFN adalah sebutan
hukum di AS untuk perdgangan bebas dengan Negara asing. Dalam perdagangan
internasional, status ini diberikan oleh suatu negara ke negara lain.
[2]
Charles Wolf, Straddling Economics and Politics: Cross-Cutting Issues in
Asia, the United States, and the Global Economy (Santa Monica, CA: Rand
Corporation, 2002), p. 134.
[3]
Yasheng Huang, Selling China: Foreign Direct Investment During the Reform
Era (Cambridge: Cambridge University Press, 2002).
[4]
Sistem dominan dalam produksi ekonomi, konsumsi dan fenomena sosio-eknomi
terkait di sebagian besar negara industry sejak akhir abad ke-20.
[5]
OEM Istilah ini pertama kali digunakan untuk merujuk kepada perusahaan yang
menempatkan nama merek mereka sendiri pada komponen yang diproduksi oleh
perusahaan lain di bawah perjanjian khusus dengan produsen asli
[6]
Sasuga, Microregionalism and Governance in East Asia.
[7]
Geoffrey Underhill, ‘Conceptualising the Changing Global Order’, in Richard
Stubbs and Geoffrey Underhill, Political Economy and the Changing Global
Order (Oxford: Oxford University Press, 2000), p. 4.
0 Comment